05 Juni 2009

Sebuah Kritik Untuk Sebuah Lirik...

Ada dua perempuan yang sedang bermasalah di sekarang. Yang pertama, siapa lagi kalo bukan Manohara! Dan gw gakan ngebahas dia. Males...

Yang kedua adalah Ibu Prita Mulyasari.
Siapa sih yang ngga tau Ibu Prita?
Semua kayanya tau deh.. Seorang ibu yang (sempat) ditahan gara-gara menyampaikan kritik dan komplain lewat e-mail dan mailing list.
ah.. semakin absurd aja.

Dan gw tentu aja ngedukung BU Prita!!! Caranya gampang.. pasang banner aja!!! hehe..
BEBASKAN IBU PRITA!!!! *tereak ampe serak!!*

***

Mencuatnya masalah ibu prita, membuat sebagian orang yang biasa mengkritik, entah itu kritik membangun, ataupun kritik pedas yang menjelek-jelekkan, menjadi ciut.
Menjadi semakin berhati-hati, menjadi semakin lembut selembut pantat bayi.. *ga nyambung*

Tapi gw ngga tuh.

Sekarang gw mau ngritik lagunya RAN yang baru. Yang judulnya "Ratu Lebah"

Gw ngga akan ngritik nada-inih-onoh-kunci-solmisasi-apalah..
Kenapa? Soalnya gw buta nada, ngehehehe...

Yang akan gw kritik adalah liriknya.
Di lagu itu, ada lirik yang seperti ini :
bila engkau ratu lebahku
akankah ku jadi rajamu
naaah ini yang aneh. Setau gw, lebah adalah serangga yang hidup berkoloni, berkelompok.
Sama seperti semut.

Ada juga yang hidup sendiri, atau soliter. Biasanya lebah betina doang. Tanpa bantuan lebah lain.

Untuk lebah yang hidup berkoloni, tentu aja mereka punya semacam kasta, organisasi, atau apalah itu- dalam kehidupan mereka.
Tingkatan kastanya adalah :
Lebah ratu,
lebah jantan,
dan lebah betina.

Kenapa ngga ada raja lebah?!?!? kenapa???

Soalnya begini, yang paling utama dalam koloni lebah adalah ratu lebah. Dia yang mengawasi lalu lintas lebah.
Selain mengawasi, tugas ratu lebah adalah kawin, kemudian bertelur. Telurnya bisa nyampe beberapa ribu perhari, gw ga tau persis.

Lalu, siapakah yang mengawini?

Tentu aja lebah jantan.

Lalu apakah lebah jantan, setelah mengawini ratu lebah (ini kawin ya! bukan nikah!! bukan samasekali.. :D) akan otomatis menjadi raja lebah?

Jawabannya adalah ngga. Ada beberapa serangga yang setelah proses kawin, jantannya mati.
Mati untuk sekali kawin.
Naaah.. setau gw, inilah nasib para pejantan lebah.
Bahkan ada yang lebih dramatis. Suatu serangga, entah apa, setelah kawin penisnya (maaf ;p) patah.
Tragis ya?

Yahh namanya juga serangga..

Dan yang pasti, nyawa mereka, atau penis mereka (maaf lagi ;p) yang hilang untuk sekali kawiin itu, ngga bikin mereka nyesel lah.. Wong kawinnya aja sama ratu. hehe..
Tapi kalo iya nyesel, gimana caranya menyesali nyawa yang ilang ya?? *garuk-garuk ngga gatel*

Jadi, hubungannya sama lirik lagu RAN adalah: Menurut gw, itu adalah analogi untuk sebuah kisah cinta yang salah. Soalnya bukan kisah cinta yang abadi. Engga ada indah-indahnya bahkan. lebih ke tragis!!

Tapi mungkin aja ada yang berpendapat, kalau itu adalah kisah cinta yang indah. Dimana si jantan rela mati demi membuahi betinanya, yang kemudian merelakan betinanya untuk kawin lagi demi kepentingan koloni.

waaahh.. jantan yang baik sekali. tapi menurut gw, tetep aja kurang indah, dan kurang abadi.
Kalau mau yang lebih abadi, kayanya sendok dan garpu misalnya.
Kalau anda tinggal di bandung, yang paling abadi adalah..

Cakueh dan odading.. hehehe.. *

Ah.. yasudahlah!! kalau kebetulan Rayi, Asta atau Nino googling, kemuadian nyasar ke blog gw ini, jangan marah!! apalagi men-somasi gw!! gw hanya mengeluarkan isi hati.

* terinspirasi dari sebuah kaos.

050609

0 komentar:

Posting Komentar